search:
|
PinTertainment

Aghnia Punjabi Curhat Tak Punya Banyak Waktu Bersama Anak karena Urus Bisnis

Sarah Salsabilla/ Kamis, 04 Apr 2024 14:30 WIB
 Aghnia Punjabi Curhat Tak Punya Banyak Waktu Bersama Anak karena Urus Bisnis

Aghnia Punjabi pernah curhat sampai menangis, soal waktu untuk anak yang dia korbankan. Foto: Instagram @emyaghnia


PINUSI.COM -  Aghnia Punjabi dikenal sebagai salah satu pebisnis sukses.

Kendati demikian, ada satu hal besar yang harus dia korbankan, yaitu waktu luang untuk anak-anaknya.

Dalam salah satu konten podcast bersama Tasya Farasya, Aghnia Punjabi pernah curhat sampai menangis, soal waktu untuk anak yang dia korbankan.

Dia cemburu kepada para ibu yang punya banyak waktu untuk buah hati mereka.

 "Minus yang aku rasain banget ketika aku punya bisnis adalah waktu."

"Waktu itu benar-benar sesuatu yang sulit banget."

"Kalau Tasya yang dilihat orang-orang mungkin enak bisa main sama anak sambil kerja."

"Kalau Aghnia waktu main sama anak tuh kurang banget."

"Jadi aku merasa kayak waktu emas sama anak (hilang), tiba-tiba gede aja gitu."

"Sedangkan aku tuh benar-benar dari kecil struggle, enggak ada backingan-nya."

"Jadi apa-apa ya aku nih, yang harus bawa keluargaku naik, ya aku."

"Jadi mau enggak mau memang ada yang harus dikorbankan,"  ungkapnya, dikutip dari TikTok @cisy81, Selasa (2/4/2024).

Banyak sekali rutinitas yang ingin dia lakukan bersama anak-anaknya, namun tak bisa dilakukan karena tuntutan pekerjaan.

"Jadi kayak, ya Allah kurang banget sih waktu buat anak, tapi kerjaanku sekarang tuh butuh aku."

"Jadi harus gimana-gimana memang ada yang harus dikorbankan."

"Jadi kadang orang-orang biasa antar anak sekolah, bisa study tour, kalau aku tuh belum bisa," bebernya,  dengan air mata mengalir.

Karena itu, sebisa mungkin dia memanfaatkan waktu luang yang tersisa untuk anaknya.

"Sepadat itu, kalau punya bisnis memang seperti itu."

"Sebisa mungkin aku kasih perhatian (untuk anak), cuma memang agak kurang aja," tuturnya.

Aghnia juga sempat menyalahkan diri sendiri, setelah anaknya jadi korban dugaan kekerasan oleh pengasuhnya.

Dia merasa bersalah, karena pekerjaan membuatnya harus menitipkan putrinya pada pengasuh. (*)



Editor: Yaspen Martinus
Penulis: Sarah Salsabilla

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook