search:
|
PinNews

KKP Terus Genjot Bisnis Ikan TCT untuk Skala Global

Gabriella Hanyokrokusumo/ Sabtu, 22 Jun 2024 20:00 WIB
KKP Terus Genjot Bisnis Ikan TCT untuk Skala Global

Kementerian Kelautan dan Perikanan akan terus mengenjot bisnis TCT. Foto: PINUSI.COM/Gabriella


PINUSI.COM - Terus meningkatnya nilai bisnis perikanan, khususnya komoditas ikan tongkol, cakalang, dan tuna (TCT) di tingkat dunia, membuat Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) akan terus mengenjot bisnis TCT.

Karena berdasarkan data ITC Trademap, nilai ekspor TCT milik Indonesia di tahun 2017, yang tadinya hanya sebesar USD 0,66 miliar, naik menjadi USD 096 miliar di tahun 2022.

"Peluang usaha semakin terbuka lebar, seiring tren positif perdagangan TCT di pasar global sejak beberapa tahun terakhir."

"Dan kita termasuk negara yang meraup untung dari peningkatan permintaan tuna dunia, jika dibandingkan dengan negara eksportir TCT lainnya."

"Tren pertumbuhan year on year (YoY) Indonesia termasuk tinggi, dengan persentase sebesar 29,3 persen," tutur Sekretaris Ditjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP) Machmud.

Dengan luas laut sekitar 6,4 juta km persegi, Indonesia memiliki sumber daya perikanan tuna yang cukup melimpah, di mana rata-rata produksi negara bisa mencakup 1,49 juta ton per tahun, dengan nilai perdagangan komoditas TCT secara global terus meningkat, dari yang tadinya USD 14,37 miliar di tahun 2017, menjadi USD 16,81 miliar di tahun 2022.

Berbagai upaya akan segera dilakukan oleh pemerintah, untuk memenuhi tingginya permintaan pasar dengan standarisasi global, di mana salah satunya adalah dengan mulai mengimplementasikan ekonomi biru di semua perairan, khususnya pada Selat Makasar dan Flores, lalu di Laut Banda dan di perairan Maluku.

"Dari jumlah 1,49 juta tersebut, kita memiliki 5 komoditas unggulan, yaitu tuna sirip kuning, sirip biru, tuna mata besar, al bakor, dan cakalang."

"Nah, 5 jenis ini memberikan kontribusi terhadap produksi kita yang rata-rata 706.400 per tahunnya, dari tahun 2011-2022."

"Yang kita ekspor sekitar 194.700 ton per tahun, dan memberikan nilai kontribusi sebesar US$ 960 juta, jadi ini sangat signifikan."

"Dan pangsa produksi Indonesia adalah 18% terhadap produksi tuna dunia, sementara produksi tuna dunia sekitar 8,3 juta ton per tahunnya," papar Direktur Pengelolaan Sumber Daya Ikan Ditjen Perikanan Tangkap Ridwan Mulyana di Jakarta, Kamis (20/6/2024).

Untuk menjaga keberterimaan produk tuna ke negara tujuan ekspor, lanjutnya, maka Indonesia harus memberikan jaminan kualitas terbaik dengan mulai melakukan ekonomi biru, mutu standarisasi hulu hilir, sertifikasi, hingga pemijahan ikan tuna, khususnya sirip kuning.

"Permintaan sirip biru lebih banyak ke negara Eropa dan Jepang, memang harganya mahal karena produk sashimi dimakan segar ya."

"Lalu bagian perut yang namanya toro itu luar biasa, lebih mahal dibanding bagian tubuh dari tuna sirip biru yang lainnya, diekspor ke terutama Jepang dan Amerika Serikat," jelas Ridwan kepada PINUSI.COM.

Indonesia tercatat sebagai anggota Commission for the Conservation of Southern Bluefin Tuna (CCSBT), Inter-American Tropical Tuna Commission (IATTC), serta Indian Ocean Tuna Commission (IOTC).

Maka, untuk memastikan komitmen pemerintah pada keberlanjutan tuna melalui investasi, minggu depan pihak KKP akan mengadakan kegiatan Indonesia Tuna Investment and Business Forum di Surabaya, Jawa Timur, pada 25 Juni 2024.

"Forum ini menjadi upaya KKP dalam mengamalkan ilmu tuna, yakni selalu bergerak dan memberikan dampak bagi masyarakat."

"Akan mengundang 300 peserta yang terdiri dari unit pengolahan ikan (UPI), perwakilan dagang negara mitra, kepala daerah, industri supporting seperti logistik, cold chain system, jaringan ritel, hotel, restoran, hingga lembaga sertifikasi terkait tuna," beber Direktur Usaha dan Investasi Ditjen PDSPKP Catur Sarwanto. (*)



Editor: Yaspen Martinus
Penulis: Gabriella Hanyokrokusumo

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook