PINUSI.COM - Manikur, proses mempercantik kuku dengan berbagai teknik seperti memotong, merapikan, mengecat, dan menghias, menjadi tren kecantikan populer selama bertahun-tahun.
Banyak orang menikmati tampilan kuku yang indah dan terawat.
Namun tahukah Pinusian, manikur dapat memiliki pengaruh signifikan pada kesehatan kuku?
Day Byrdie melansir, saat melakukan perawatan kuku kaki dan tangan, perlu diperhatikan, beberapa bahan yang digunakan dalam kuteks dapat memicu alergi.
Menurut Dr Yang, seorang dermatolog, beberapa alergen umum yang perlu diwaspadai adalah resin tosylamide/formaldehyde, dibutyl phthalate, toluene, dan triphenyl phosphate.
Gejala alergi tersebut dapat berupa pembengkakan, kemerahan, atau iritasi kulit di sekitar kuku.
Lebih parahnya, alergi ini juga dapat muncul sebagai ruam pada kelopak mata.
Hal ini karena kelopak mata memiliki kulit yang tipis, dan orang sering tanpa sadar menyentuh wajah mereka setelah manikur.
Teknik yang tidak tepat saat manikur juga dapat menimbulkan masalah.
Dr Stern, dermatologis lainnya menjelaskan, praktik manikur yang terlalu agresif, seperti pemotongan kutikula berlebihan atau mendorong kutikula dengan keras menggunakan alat logam atau kikir listrik, dapat merusak kutikula dan matriks kuku.
Matriks kuku merupakan bagian penting yang bertanggung jawab untuk produksi kuku baru.
Proses penghilangan kuteks juga dapat berakibat buruk pada kesehatan kuku.
Dr Stern menuturkan, penghilang kuteks yang mengandung aseton dapat membuat kuku atau kulit di sekitarnya menjadi kering atau terdehidrasi.
Akibatnya, kuku dapat menjadi lemah dan rapuh, serta kulit di sekitar kuku menjadi kering dan iritasi.
Oleh karena itu, Dr Stern menyarankan memilih penghilang kuteks bebas aseton.
Lebih baik lagi, pilihlah penghilang kuteks yang diformulasikan dengan bahan pelembab untuk menjaga kesehatan kuku. (*)