search:
|
PinNews

KEAMANAN SIBER INDONESIA TERMASUK LEMAH DARI NEGARA TETANGA

Minggu, 05 Sep 2021 16:50 WIB
KEAMANAN SIBER INDONESIA TERMASUK LEMAH DARI NEGARA TETANGA

Indonesia termaksud peringkat 77 dari 160 dari dunia

PINUSI.COM - Kondisi keamanan siber Indonesia yang lemah bukan hanya dari rentetan kasus kebocoran data penduduk yang sudha terjadi berulang kali dalam beberawa waktu terakhir.

Menurut National Cyber Security Index (NCSI), Indonesia berada pada peringkat 77 dari 160 negara di dunia soal keamanan siber nasional. Indonesia tercatat memiliki skor 38,96. Angka itu jauh di bawah sejumlah negara tetangga Asia Tenggara lainnya.

Untuk negara Singapura tercatat berada pada posisi ke-16 dengan skor indeks 80,52. Ini merupakan negara Asia Tenggara yang paling aman soal keamanan siber. Singapura bahkan lebih unggul dari Amerika Serikat yang berada pada posisi ke-17.

Selain itu negara Malaysia berada pada posisi ke-22 dengan skor keamanan siber sebesar 72,73, Thailand berada pada peringkat ke-71 dengan skor indeks keamanan sebesar 42,86.

Tidak hanya Indonesia yang menjadi negara Asia Tenggara yang lemah, melainkan ada negara Vietnam yang berada pada peringkat 80 dunia, Brunei Darussalam berada pada peringkat 84, dan Myanmar pada peringkat 139.

Lima Negara Yang Memiliki Peringkat Teratas Soal Keamanan Siber

Terdapat lima negara Eropa yang memiliki peringkat teratas soal keamanan siber. Peringkat pertama dengan skor 96,10 di pegang oleh negara Yunani.

Peringkat kedua adalah Republik Ceko dengan skor 92,21, peringkat ketiga dengan skor 90,91 di raih oleh Estonia, peringkat keempat dengan skor 89,61 di raih oleh Portugal, dan yang kelima Republik Lithuania dengan skor 88,31.

Dengan demikian, beberapa negara Eropa di nilai sangat peduli dalam perlindungan data pengguna.

Terutama soal data yang tersimpan di sistem komputasi, dengan keamanan siber yang di nilai NCSI tinggi.

NCSI telah menyusun indeks ini berdasarkan lima tahapan:

  1. Identifikasi ancaman siber level nasional
  2. Identifikasi kapasitas dan ukuran keamanan siber
  3. Pemilihan aspek penting dan terukur
  4. Pengembangan indikator keamanan siber
  5. Pengelompokan indikator keamanan siber

Sementara itu, NCSI juga memperhatikan sejumlah hal lain dalam menyusun indeks ini, seperti penolakan layanan elektronik hingga tidak dapat diakses, pelanggaran integritas data hingga modifikasi yang tidak sah, dan pelanggaran kerahasiaan data hingga kerahasiaan yang terungkap.

Kasus Kebocoran Data di Indonesia

Terdapat sejumlah insiden kebocoran data di Indonesia yang telah terjadi dalam beberapa waktu terakhir. Pada awal 2020 lalu, sebanyak 91 juta data pengguna di marketplace Tokopedia bocor dan di jual.

Tak lama setelah bocornya data di Tokopedia, data 2,3 juta warga pemilih Indonesia bocor di forum hacker. Penjual mengaku memperoleh data itu secara resmi dari Komisi Pemilihan Umum(KPU) dalam bentuk PDF.

Usai berganti tahun, pada Mei 2021, kebocoran tidak berhenti di data KPU. Kini data pengguna BPJS kesehatan di curi dan di jual di forum hacker. Diketahui jumlah data yang bocor dan dijual itu sebanyak 279 juta pengguna.

Beberapa bulan kemudian, data dari aplikasi Indonesia Health Alert Card atau eHAC yang digagas Kementerian Kesehatan untuk deteksi pelancong bocor sejak 15 Juli lalu.

Menurut vpnMentor yang menemukan adanya kebocoran data di eHAC mengatakan bahwa jumlah data yang bocor mencapai 1,4 juta orang, dan yang sudah terbuka mencapai 1,3 juta orang.

Tak hanya terjadi pada masyarakat saja, kebocoran data juga menimpa Presiden Joko Widodo. Sertifikat vaksin kedua milik RI-1 itu bocor di jagat maya Pada Jumat (3/9) pagi.

Berdasarkan tangkapan layar yang di bagikan warganet, sertifikat itu memiliki data-data esensial seperti nama lengkap Jokowi, NIK, barcode, keterangan vaksin dan tanggal lahir.

(mdp)


Tuliskan Komentar anda dari account Facebook