search:
|
PinNews

Siap-Siap Kemarau! Ada Potensi Karhutla di Kalimantan

Sabtu, 29 Jun 2024 13:00 WIB
Siap-Siap Kemarau! Ada Potensi Karhutla di Kalimantan

Lahan dengan luas kurang lebih lima hektar terbakar di Desa Sungai Cabag Barat, Kabupaten Sukamara, Provinsi Kalimantan Tengah pada 2023. Foto : BPBD Kabupaten Sukamara)


PINUSI.COM, JAKARTA - Sejumlah wilayah di Indonesia memasuki musim kemarau. Periode mulainnya 28 Juni hingga 4 Juli ini.

Ada delapan provinsi yang memulai musim kemarau pada periode bersamaan. Mengutip data BMKG, diantaranya; DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Yogyakarta, Maluku, Papua dan Papua Selatan.

Provinsi-provinsi itu menyusul daerah yang sudah lebih dulu beralih ke musim kemarau. Kawasannya berada di wilayah tengah hingga timur Indonesia.

"Adapun daerah lain yang telah memasuki musim kemarau antara lain Bali, Nusa Tenggara Barat, dan juga Nusa Tenggara Timur," kata Prakirawan BMKG Yuni Maharani dikutip, Sabtu (29/6).

Mengacu sistem monitoring cuaca BMKG. Ada sejumlah kawasan yang sangat mudah terbakar dalam sepekan ke depan. Yakni sebagian besar Sumatera, Jawa-Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan dan papua bagian selatan.

BMKG mengimbau masyarakat di wilayah setempat untuk tak membakar sampah. Juga jangan membuang puntung sembarangan. Demi menghindari terjadinya kebakaran hutan dan lahan.

Selain itu, BMKG juga mengimbau masyarakat untuk mewaspadai potensi kekeringan meteorologis. Ini merupakan kondisi anomali iklim dalam bentuk berkurangnya curah hujan dalam durasi yang panjang.

"Dampak kekeringan dapat berupa penurunan hasil panen dan gagal panen, berkurangnya pasokan air bersih, gangguan pada produksi listrik bertenaga air, keberlanjutan sumber daya air untuk produksi pertanian dan industri, serta kabut asap yang dapat mengganggu transportasi," jelas Yuni.

Menyikapi hal itu, BMKG telah berkoordinasi dengan berbagai pihak. Agar segera memitigasi potensi dampak kekeringan. Misalnya dengan melaksanakan Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) untuk pengisian waduk dan membasahi serta menaikkan muka air tanah. Terutama pada daerah rawan terbakar atau lahan gambut.

BMKG juga merekomendasikan penyesuaian pola dan waktu tanam di wilayah terdampak kekeringan. Termasuk memanen air hujan melalui tandon atau tampungan air, embung, kolam retensi, dan sumur resapan di wilayah yang mengalami transisi dari musim hujan ke kemarau.



Editor: Fahriadi Nur

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook