search:
|
PinNews

Tom Lembong: Gaya Kampanye AMIN Town Hall Seperti di Negara Maju, di Indonesia Menjadi yang Pertama

arie prasetyo/ Selasa, 27 Feb 2024 16:30 WIB
Tom Lembong: Gaya Kampanye AMIN Town Hall Seperti di Negara Maju, di Indonesia Menjadi yang Pertama

Thomas Lembong, Co-Captain Timnas AMIN, mengatakan gaya kampanye AMIN yang mengutamakan gagasan, telah menjadikan perkembangan yang sangat sehat untuk iklim demokrasi ke depan. Foto: PINUSI.COM/Arie Prasetyo


PINUSI.COM - Timnas AMIN bangga dengan gaya kampanye Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar selama Pemilu 2024, yang mengutamakan gagasan melalui interaksi dua arah dengan masyarakat, atau sering disebut dengan Town Hall.

Thomas Lembong, Co-Captain Timnas AMIN, mengatakan gaya kampanye AMIN yang mengutamakan gagasan, telah menjadikan perkembangan yang sangat sehat untuk iklim demokrasi ke depan.

Dia mencontohkan format kampanye Desak Anies dan Slepet Imin telah membuat Pemilu 2024 menjadi sebuah pelajaran yang menarik.

Model-model kampanye membuktikan masyarakat sudah siap untuk beradu gagasan, data, fakta, dan substansi.

"Saya sangat gembira dengan perkembangan seperti ini, yang akan sangat sehat untuk demokrasi ke depan."

"Kampanye AMIN penuh dengan keterbatasan, dan saya sangat bangga dengan berbagai keterbatasan dan menghadapi lawan berat."

"Kami sudah mencapai hasil yang cukup baik," tutur Tom Lembong dalam konferensi pers Pemilu 2024: Kita Belajar Apa? Di Sekretariat Koalisi Perubahan, Jakarta Selatan, Senin (26/2/2024).

Menurutnya, gaya kampanye Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (AMIN) seperti town hall (memberikan kesempatan kepada penonton/peserta untuk menyampaikan berbagai pertanyaan).

"Gaya kampanye town hall, seperti Desak Anies dan Slepet imin, ini di negara maju sudah biasa, format standar, tapi di Indonesia menjadi yang pertama kali dalam sejarah, di mana calon-calon pemimpin kampanye dengan cara berinteraksi langsung dalam town hall," jelasnya.

Selain format kampanye, Tom juga menilai suasana pasca-debat capres/cawapres selalu diramaikan dengan diskusi publik yang substantif, seperti pendalaman rencana kebijakan atau program dari tiap paslon, serta menyandingkan paparan paslon dengan data dan fakta.

Tom Lembong menambahkan, fenomena seperti itu menjadi perkembangan yang baik, karena masyarakat luas mulai memperhatikan hal-hal yang bersifat substantif.

Dia juga menyoroti peran anak muda dalam Pemilu 2024.

Tom memandang generasi muda justru yang paling terdidik dalam sejarah republik.

"Saya tidak percaya pandangan sinis dari elite, bahwa masyarakat hanya lulusan SD atau SMP, karena terlepas dari ijazah, generasi muda sudah mengonsumsi konten-konten yang substantif dan global dari usia dini di media sosial," paparnya.

Oleh sebab itu, dia menilai berkat media sosial dan internet, generasi muda justru yang paling terdidik dan paling memiliki wawasan luas.

"Itu terbukti dengan partisipasi masyarakat di proses Pemilu 2004," ucapnya.

Menurutnya, tren ke depan, kampanye dalam pemilu akan semakin substantif.

"Hemat saya ini perkembangan menggembirakan karena ujungnya (tujuan akhir) Timnas AMIN sejak awal menginginkan sebuah kebenaran."

Tom menambahkan, tujuan Timnas AMIN tidak hanya untuk memenangkan pemilu, akan tetapi memiliki tujuan lainnya yang tidak kalah penting, yaitu untuk mengeluarkan fakta, realita, dan kebenaran.

"Dan sangat terbuka terhadap argumentasi di Republik," cetusnya.

Selain Tom Lembong, Jubir Muda Timnas AMIN Anastasya Rahmaniar juga menyampaikan berbagai pengalamannya selama mengikuti kampanye Anies-Gus Imin.

"Saya merasa justru dalam pemilu ini gerakan perubahan itu betul-betul mengedukasi massa, seperti acara Desak Anies dan Slepet Imin."

"Jika di negara maju memang menghadirkan calon pemimpin ke publik dan dialog dua arah sudah biasa, tapi kalau di sini kan pertama kali dilakukan," terangnya.

Sementara, terkait Pemilu 2024, Anastasya menilai proses demokrasi menjadi salah satu pilar utama dalam menjaga keberlangsungan sistem demokrasi di tanah air.

Selain itu, katanya, pemilu memiliki peran kunci dalam memastikan partisipasi publik dalam pengambilan keputusan politik, serta memberikan wadah bagi perwakilan yang adil seperti perwakilan kaum muda.

Bicara tentang wadah bagi perwakilan yang adil dan seimbang, terutama bagi kaum muda, Anastasya membagikan ceritanya awal mulai bergabung dalam Timnas AMIN.

Anastasya mendapatkan banyak pelajaran selama diberikan kesempatan dalam proses kampanye Paslon 1.

Dia juga bercerita awal mula bergabung dengan Timnas AMIN.

Pada 2023, dia mengikuti kompetisi adu ide yang digagas oleh Anies Baswedan, pesertanya 5.000 orang dari seluruh wilayah Indonesia.

Sebagai wakil dari Yogyakarta, Anastasya menjadi salah satu dari 100 peserta yang lolos dalam kompetisi tersebut, melalui idenya tentang integrasi moda transportasi di DIY sebagai wilayah melting point, yaitu pendidikan, kebudayaan, dan pariwisata.

"Dan mungkin kalau misalkan saya tidak dilibatkan atau tidak menggunakan sistem meritokrasi, mungkin saya tidak bisa duduk bareng dengan Pak Putra Jaya dan Pak Tom," bebernya. (*)



Editor: Yaspen Martinus
Penulis: arie prasetyo

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook