PINUSI.COM - Ray Rangkuti, pengamat politik dari Lingkar Madani (Lima) Indonesia, menyarankan presiden dan wakil presiden terpilih Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, sebaiknya tak merangkul kubu lawan pada Pilpres 2024, untuk masuk ke dalam koalisi pemerintah.
Menurut Ray, tidak merangkul kubu lawan dan membiarkan mereka berdiri sebagai oposisi, adalah sebuah keputusan bijak untuk menghormati 58 persen masyarakat Indonesia, yang memilih mereka pada gelaran Pilpres 2024.
Ray juga meminta partai politik pengusung pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (AMIN) dan Ganjar Pranowo-Mahfud MD, tak terlena dengan bujuk rayu Prabowo-Gibran.
Memilih berada di luar pemerintahan, kata Ray, juga merupakan sikap hormat kepada pemilih mereka.
“Di sinilah pentingnya sang pemenang menghormati pilihan 42 persen rakyat itu."
"Jangan menarik-nariknya ke dalam koalisi dalam bentuk penjatahan kabinet dan sebagainya.”
“Pemenang juga sudah semestinya move on."
"Move on dari rasa masih bersaing. Pemilu sudah selesai. Prabowo-Gibran sudah mendapat 58 persen suara. Saatnya move on, yang menang berkuasa, yang kalah beroposisi,” kata Ray ketika dikonfirmasi, Jumat (26/4/2024).
Ray melanjutkan, koalisi gemuk yang diimpikan Prabowo-Gibran bikin demokrasi di negara ini menjadi tidak normal.
Demokrasi yang sehat, kata dia, mesti dikontrol oleh kekuatan politik yang besar dari pihak-pihak yang kalah dalam sebuah kontestasi politik.
Eks aktivis 98 itu sama sekali tak sepakat dengan rencana Prabowo-Gibran yang ingin membentuk koalisi jumbo itu.
“Biarkanlah partai-partai tersebut tetap di luar pemerintahan, sebagai kontribusi penting dalam memperkuat dan menjaga tradisi demokrasi yang sehat.”
“Meskipun, di sisi lain, pencapaian ini dianggap sebagai bukti kepercayaan penuh dari rakyat pada mereka."
"Jika demikian, dengan dukungan besar dari pemilih, apa yang membuat mereka ragu-ragu dalam mengelola pemerintahan?” Tutur Ray.
Ray memaparkan, rencana pembentukan koalisi besar oleh Prabowo-Gibran adalah tanda pemenang Pilpres 2024 ragu-ragu memimpin negara ini.
Dengan dukungan 58 persen masyarakat Indonesia, Prabowo-Gibran, lanjut Ray, seharusnya percaya diri menjadi pemimpin bangsa.
“Jika demikian, dengan dukungan besar dari pemilih, apa yang membuat mereka ragu-ragu dalam mengelola pemerintahan?” Tanyanya.
Prabowo-Gibran sedang berupaya menarik semua partai politik yang menjadi rival pada Pilpres 2024, untuk masuk ke dalam kabinet pemerintahannya.
Kubu Prabowo-Gibran mengeklaim dengan koalisi super besar itu, maka semua program yang telah digagas bakal tereksekusi dengan baik.
Sejauh ini, baru NasDem yang menjadi satu-satunya partai politik dari kubu lawan yang menyatakan bergabung ke koalisi Prabowo-Gibran.
PKB disebut-sebut bakal menyusul ke koalisi pemenang Pilpres 2024 ini.
NasDem dan PKB adalah pengusung Anies-Muhaimin.
Sementara, PKS yang juga pengusung Anies-Muhaimin serta dua parpol pengusung Ganjar-Mahfud, yakni PDIP dan PPP, belum memberikan pernyataan sikap.
Namun, berbagai pihak menganalisa, PPP juga bakal bergabung.
Di sisi lain, PDIP juga dinilai berpeluang merapat. (*)