PINUSI.COM - Kata "santri" mendadak menjadi trending di media sosial, khususnya X.com (sebelumnya Twitter), menyusul aksi protes bertajuk Santri Jalanan Melawan yang direncanakan berlangsung di Titik Nol Kilometer, Yogyakarta, Senin (9/12/2024). Gerakan ini, diinisiasi oleh Aliansi Santri Jalanan, menolak pengunduran diri Mifta Maulana Hiburohman atau Gus Miftah dari posisinya sebagai utusan khusus presiden.
Menurut unggahan akun @titiknol_jogja, aksi ini dijadwalkan mulai pukul 10.00 WIB. Namun, rencana tersebut menuai respons beragam dari warganet, dengan banyak yang meluapkan kegeraman terhadap aksi tersebut.
Mayoritas pengguna media sosial menganggap aksi ini tidak relevan, bahkan ada yang menyebutnya sebagai tindakan yang dimanfaatkan oleh pihak tertentu. Berikut adalah beberapa tanggapan warganet yang ramai diperbincangkan:
Warganet menyoroti bahwa pengunduran diri Gus Miftah merupakan keputusan pribadi. “Pak Miftah itu mengundurkan diri atas keinginannya sendiri, kalau mau demo langsung saja ke orangnya… aneh,” tulis akun @UAlla0879.
Beberapa pengguna menilai aksi ini tidak sesuai dengan nilai-nilai agama. “Mana ada ajaran agama yang mengajarkan demo seperti ini. Ini bukan cara memerangi kebatilan, saudaraku,” ujar @ASuryaK1.
Ada pula yang mengaitkan aksi ini dengan perilaku fanatik. “Tuh malah fans-nya bikin tambah runyam… sudah mengakui kesalahan kok malah turun ke jalan,” tulis @nnawnds.
Sebagian warganet justru mengajak para santri untuk kembali fokus pada nilai-nilai keagamaan. “Mending itu santri pada baca kitab akhlak Lil Banin kalau memang benar santri,” sindir akun @kaleng_catatan.
Beberapa tanggapan juga menyinggung perlunya para santri dan pendukung Gus Miftah untuk lebih kritis terhadap situasi ini. “Santri yang baik adalah yang amar makruf nahi munkar, bukan sebaliknya,” tulis akun @kaliumnitrat_.
Aksi protes ini menunjukkan betapa kompleksnya dinamika antara tokoh agama, pengikutnya, dan respons publik. Polemik yang muncul memperlihatkan pentingnya memahami isu secara jernih tanpa terjebak dalam fanatisme buta. (*)