PINUSI.COM - Program Makan Bergizi Gratis (MBG) mengalami pengurangan anggaran dari Rp15 ribu menjadi Rp10 ribu per anak per hari. Presiden Prabowo Subianto menjelaskan bahwa kebijakan ini diambil setelah mempertimbangkan data rata-rata jumlah anak pada keluarga menengah ke bawah, yaitu tiga hingga empat orang anak.
Menurut Prabowo, dengan total bantuan ini, setiap keluarga dapat menerima subsidi sebesar Rp30 ribu hingga Rp40 ribu per hari. Dalam satu bulan, total bantuan dapat mencapai Rp2,7 juta, termasuk bantuan sosial lainnya seperti Program Keluarga Harapan (PKH).
Namun, keputusan ini menuai kekhawatiran dari sejumlah orang tua yang merasa bahwa nominal Rp10 ribu per anak per hari tidak memadai untuk memenuhi kebutuhan gizi.
Anastasya (29), seorang ibu dari anak usia dini, menilai anggaran tersebut tidak realistis untuk memberikan makanan bergizi. "Mau beli apa dengan Rp10 ribu? Harga pangan sudah naik. Untuk memenuhi 4 sehat 5 sempurna saja, anak-anak butuh protein hewani, sayur, karbohidrat, buah, dan susu," ungkapnya.
Anastasya menjelaskan bahwa dengan harga bahan pangan yang tinggi, seperti satu ikat sayur bayam seharga Rp3.000-Rp6.000 dan telur Rp3.000 per butir, uang Rp10 ribu hanya cukup untuk sekali makan sederhana. "Setiap hari makan telur saja tidak cukup. Anak-anak butuh variasi protein hewani untuk mendukung pertumbuhan otaknya," tambahnya.
Senada dengan Anastasya, Nabila (30), ibu dari dua anak, juga merasa anggaran tersebut tidak memadai untuk memenuhi kebutuhan gizi anak-anak. "Rp10 ribu memang bisa untuk porsi sederhana, tapi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan harian anak secara optimal," ujar Nabila.
Harapan untuk Anggaran yang Lebih Memadai
Orang tua berharap pemerintah dapat mempertimbangkan kenaikan anggaran MBG hingga Rp40 ribu-Rp50 ribu per hari. Dengan nominal tersebut, anak-anak diharapkan dapat memperoleh makanan bergizi lengkap yang mencakup karbohidrat, protein, sayur, buah, dan susu.
Nabila juga menyoroti pentingnya biaya tambahan untuk pengolahan makanan, seperti katering. Ia merasa Rp10 ribu per anak tidak cukup untuk menutupi biaya bahan, pengolahan, dan distribusi. (*)
