search:
|
PinNews

Raffi Ahmad Mundur dari Proyek Beach Club, Koalisi Gunungkidul Melawan Tuntut Investasi Dibatalkan

Jumat, 14 Jun 2024 12:43 WIB
Raffi Ahmad Mundur dari Proyek Beach Club, Koalisi Gunungkidul Melawan Tuntut Investasi Dibatalkan

Lokasi lahan yang akan dibangun beach club di kawasan Pantai Krakal, Ngestirejo, Tanjungsari, Gunungkidul. Foto: Harian Jogja



PINUSI.COM - Merespons Raffi Ahmad yang menyatakan akan mundur dari proyek pembangunan Beach Club di Gunungkidul, Koalisi Gunungkidul Melawan menyambut baik dan mengapresiasi itikad tersebut. 

Kendati demikian, mereka masih menunggu realisasi dari pernyataan Raffi Ahmad. Koalisi juga mendesak agar investor lainnya segera membatalkan rencana pembangunan resort dan beach club di kawasan bentang alam karst Gunungkidul dan Gunung Sewu. 

Koalisi Gunungkidul Melawan antara lain terdiri dari berbagai organisasi seperti WALHI Yogyakarta, anak-anak muda di komunitas Gunungkidul Melawan, Climate Rangers Jogja, LBH Yogyakarta, WeSpeakUp.org, dan 350.org

Sebelumnya, rencana pembangunan resort bernama Bekizart itu dipublikasikan Raffi Ahmad di Instagramnya pada tanggal 16 Desember 2023. Kajian awal WALHI Yogya menemukan adanya dugaan pelanggaran Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) DIY oleh Bekizart. Berdasarkan kajian pola ruang dan struktur ruang, lokasi Bekizart berada di kawasan peruntukan pertanian, dan bukan peruntukan pariwisata.

“Walaupun Raffi Ahmad sudah menyatakan akan keluar dari proyek tersebut, bukan berarti proyeknya akan berhenti. Kami berharap Raffi bisa menggunakan pengaruhnya untuk mengajak investor lain untuk batalkan proyek yang berpotensi merusak lingkungan ini," ujar Dimas R. Perdana, Deputi Direktur WALHI Yogyakarta, Jumat (14/7).

Selanjutnya Dimas meminta komitmen Bupati Gunungkidul untuk menolak pemberian izin pembangunan di kawasan lindung nasional tersebut dan lebih transparan dalam tata kelola perizinan di kawasan itu. Pasalnya, kawasan yang rusak akan sangat berdampak pada daya tampung dan daya dukung air warga yang rentan alami kekeringan.

Kajian WALHI juga menunjukkan bahwa rencana pembangunan resort akan menabrak Peraturan Menteri (Permen) ESDM Nomor 17 Tahun 2012 tentang Kawasan Bentang Alam Kars (KBAK). KBAK merupakan kawasan lindung nasional, sehingga pemanfaatannya tidak boleh berpotensi merusak kawasan tersebut.

Penolakan terhadap rencana pembangunan resort ramai diperbincangkan setelah munculnya petisi di situs change.org berjudul  “Tolak Pembangunan Resort Raffi Ahmad di Gunungkidul!”. Sejak dirilis pada 21 Maret 2024, petisi tersebut sudah didukung lebih dari 62 ribu orang. Penolakan juga bergema di media sosial ketika ratusan ribu orang mengunggah Instagram Story untuk mendukung petisi tersebut. Netizen juga mendesak agar pembangunan resort dan beach club tersebut dibatalkan. 

Langit Gemintang dari Climate Rangers Jogja mengungkapkan, “Sebagai bagian dari komunitas orang muda, kami mengapresiasi dukungan dan solidaritas dari pengguna media sosial yang aktif menyuarakan penolakan terhadap proyek ini."

Maraknya penolakan warganet terhadap proyek yang eksploitatif di Gunungkidul menunjukan kekuatan kolektif dan solidaritas masyarakat, khususnya dari kalangan muda. Penolakan dilakukan karena berdampak dan membuat perubahan besar untuk memperjuangkan keadilan iklim.

"Jangan sampai pengembangan proyek-proyek wisata hanya menguntungkan pemilik modal dan dinikmati oleh sekelompok elit, sementara masyarakat lokal hanya dapat dampak negatifnya saja," ujarnya.

Menurut Langit, bukan hanya memperparah masalah kekeringan di Gunungkidul, penghancuran bukit karst secara masif untuk pembangunan resort dan hiburan malam berpotensi membuat warga lokal terasing di tanah leluhurnya sendiri.

"Janji-janji meningkatkan taraf ekonomi selalu dikumandangkan pemangku wilayah, tapi faktanya warga hanya jadi penonton," terangnya.

 Langit menambahkan, "Kalau masuk kawasan wisata tetap harus bayar biaya retribusi. Yang dibutuhkan warga Gunungkidul bukan resort atau beach club tapi air bersih yang mengalir sampai ke rumah-rumah warga." 




Editor: Jekson Simanjuntak

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook