PINUSI.COM - Drama terkait donasi untuk korban penyiraman air keras di Cengkareng, Agus Salim, kian meruncing dengan munculnya petisi besar yang meminta agar uang sumbangan dikembalikan kepada para donatur. Berdasarkan pantauan terbaru, petisi tersebut telah ditandatangani oleh lebih dari 130 ribu orang, menuntut transparansi penggunaan dana.
Situasi ini membuat pengacara Agus Salim, Farhat Abbas, bereaksi keras. Ia menuduh seorang pegiat sosial, Pratiwi Noviyanthi atau yang dikenal dengan sebutan Novi, telah memprovokasi publik untuk mendukung pengembalian donasi. Farhat Abbas bahkan melontarkan pernyataan yang cukup kontroversial terhadap para donatur yang meminta uangnya dikembalikan.
“Para donatur yang menuntut pengembalian donasi kepada Agus, saya jamin akan menghadapi karma buruk. Itu tidak manusiawi!” ucap Farhat Abbas dengan penuh emosi, seperti dilansir dalam pernyataan publiknya.
Baca Juga: Barcelona VS Bayern Munchen: Balas Dendam yang Berbuah Manis Melalui Raphinha
Farhat Abbas juga menuding bahwa Novi telah menggunakan pengaruhnya untuk menguasai dana donasi milik Agus Salim dan memutarbalikkan simpati publik. Menurutnya, tindakan ini jelas-jelas merugikan Agus, yang sebelumnya menerima bantuan dari masyarakat luas untuk biaya pengobatan.
“Novi panik dan mulai menggalang petisi untuk mengembalikan dana donasi. Padahal uang miliaran rupiah itu telah digunakan untuk membantu Agus, dan sekarang mereka menyerang orang buta ini dengan tuduhan-tuduhan yang tidak berdasar,” tambah Farhat dalam klarifikasinya.
Di sisi lain, publik mulai meragukan Agus Salim setelah muncul laporan bahwa uang donasi tidak sepenuhnya digunakan untuk pengobatan, melainkan untuk keperluan pribadi seperti melunasi utang keluarga dan berbelanja di platform e-commerce. Akibat dari hal ini, netizen mulai kehilangan simpati terhadapnya.
Baca Juga: Kronologi Kasus Suap Hakim PN Surabaya: Tercium dari Kecurigaan Terhadap Vonis Bebas Ronald Tannur
Tak hanya soal pengelolaan dana, karakter pribadi Agus Salim juga menjadi sorotan. Mantan rekan kerjanya mengungkapkan bahwa Agus, yang dulunya bekerja sebagai kepala pelayan, dikenal sebagai sosok yang mudah marah dan kerap menyakiti perasaan bawahannya. Ini semakin memperburuk citranya di mata publik yang sebelumnya bersimpati terhadap nasibnya. (*)