4 Rekomendasi Wisata Sejarah Memikat di Kota Magelang

PINUSI.COM - Kota Magelang di Jawa Tengah punya sejarah panjang yang membentang selama 1.116 tahun, yang menjadikannya salah satu kota tertua di Indonesia.

Kota Magelang yang terbentuk pada 11 April 907, menghadirkan destinasi wisata sejarah yang memukau.

Berikut ini beberapa tempat bersejarah yang tak boleh dilewatkan di Magelang, yang dikutip dari Kompas.com:

Candi Borobudur

Candi Borobudur diakui UNESCO sebagai Warisan Budaya Dunia, dan menjadi ikon tak tergantikan di Magelang.

Dibangun pada masa Dinasti Syailendra abad ke-7 hingga ke-8, candi ini menarik perhatian dengan struktur megah yang terbuat dari 2 juta batu sungai.

Kini, wisatawan bisa menikmati keindahan Candi Borobudur dengan sistem kuota pengunjung.

BACA LAINNYA: Resep Jasuke Terenak, Cocok Untuk Cemilan Anak

Tiket masuk tersedia untuk wisatawan lokal mulai dari Rp25.000 hingga Rp50.000.

Untuk wisatawan asing mulai dari 15 dolar AS hingga 25 dolar AS.

Museum Jenderal Sudirman

Museum Jenderal Sudirman di Jalan Ade Irma Suryani, menjadi tempat mengenang perjuangan Jenderal Sudirman, pahlawan nasional Indonesia.

Di sini, pengunjung bisa melihat berbagai barang peninggalan beliau, dan mengetahui perjalanan heroiknya dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.

Museum Diponegoro

Museum Diponegoro di Jalan Diponegoro, menampilkan koleksi unik milik Pangeran Diponegoro.

Gaya arsitektur Eropa klasik dan beragam barang bersejarah seperti kursi dengan cakaran kuku serta jubah milik Pangeran Diponegoro, memberikan pandangan mendalam tentang perjuangan melawan penjajah.

Museum Wayang

Museum Wayang di Pondok Tingal, Wanurejo, menampilkan kekayaan budaya wayang Indonesia.

Di sini, pengunjung bisa mengeksplorasi berbagai jenis wayang, mulai dari kulit, kayu, bambu, hingga batu, yang berasal dari dalam dan luar negeri.

Museum ini menjadi tempat edukasi dan penelitian seni dan budaya yang berharga.

Menelusuri wisata sejarah di Magelang memberi peluang bagi para pengunjung, untuk merasakan kekayaan warisan budaya dan jejak-jejak sejarah yang tak ternilai. (*)

Editor: Yaspen Martinus